05 Mei 2010

Panen Bawang Tak Maksimal Akibat Cuaca Tak Jelas


Panen Bawang Tak Maksimal Akibat Cuaca Tak Jelas  

Sejumlah buruh membersihkan bawang merah di Tasikmalaya, Jawa Barat(3/11). Mereka mendapat upah Rp 150/kg dan seharinya mampu membersihkan 60-70 kg. Foto: TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO Interaktif, Bantul - Akibat panas dan hujan yang tidak menentu, sebanyak 150 hektare atau sepertiga lahan tanam bawang merah di Bantul, Yogyakarta, terancam tidak maksimal saat dipanen. Meski panen tidak sebaik pada cuaca normal, namun harga jual bawang merah di tingkat konsumen dan petani belum terpengaruh.

Saat ini, biji bawang merah lebih kecil ketimbang saat cuaca normal. Biasanya satu hektare lahan bisa menghasilkan 14-17 ton bawang. Namun kini satu hektare hanya bisa dipanen 7 ton. “Daun bawang merah jadi kering di ujungnya. Umbinya (biji) tak mengembang. Jadi hasilnya sangat kecil,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Edy Suharyanto, Ahad (4/4).

Bawang merah yang dipanen pada awal Maret merupakan pohon pada musim tanam awal Februari lalu. Karena kondisi cuaca ekstrem, jika siang panas sekali tapi sore hari hujan deras, mengakibatkan tanaman itu terkena penyakit yang tak bisa dimanipulasi dengan pupuk atau obat tanaman. Daun yang rusak terjadi saat biji bawang merah mulai tumbuh atau mendekati waktu panen. Umur pohon bawang merah saat panen sekitar 60 hari dari waktu tanam.

Namun, harga bawang merah tidak terpengaruh oleh kondisi itu. Sebab pasokan bawang merah dari daerah sentra bawang merah lain, seperti Brebes, Nganjuk, Peobolinggo, belum masuk ke Yogyakarta. Harga bawang merah dari Bantul masih tergolong tinggi, yaitu Rp 11 ribu per kilogram di tingkat konsumen, dan Rp 6.000-7.000 per kilogram di tingkat petani. “Daerah lain belum panen. Jadi harga masih menguntungkan petani,” kata Edy.

Adi Susanto, petani bawang merah di Srigading, menyatakan lahan miliknya seluas 400 ru (satu ru seluas 14 X1 meter) yang ditanami bawang merah pada awal Februari lalu hanya menghasilkan separuh dari panen di musim yang baik. “Panas yang menyengat menyebabkan daun mengering, biji bawang sangat kecil, separuh dari biasanya,” ujar Adi.

Menurut Lasio Syaefuddin, Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, sebenarnya penyakit akibat cuaca itu bisa diantisipasi dengan pupuk dfan pestisida organik. Pupuk organik yang dimaksud adalah pupuk kandang dan pupuk dari sampah yang diolah secara organik.

Sedangkan pestisida organik dibuat dari ramuan lengkuas, jahe, dan empon-empon. “Kalau memakai pupuk dan pestisida organik, tanaman bawang merah akan lebih tahan penyakit dan tahan musim, maka saya selalu mengkampanyekan kepada kelompok tani untuk memakai yang organik bukan pupuk atau pestisida organik,” ujar dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar