Pengunjung Petik Sendiri Jambu Merah Delima

Pengunjung Petik Sendiri Jambu Merah Delima

JIKA Anda ingin berwisata kebun yang tidak menguras biaya besar, rasanya tidak salah jika menyempatkan diri datang ke Desa Betokan, Cabean dan Desa Tempuran, Kecamatan Demak Kota. Betapa tidak, sebagian besar lahan desa di situ ditanami jambu merah delima dan citra, bahkan halaman dan samping rumah menjadi lahan produktif untuk jambu. Lokasi tersebut terletak di sebelah selatan Pasar Demak. Jaraknya sekitar 1 Km dari pusat kota.
Saat ini, ribuan pohon jambu yang berada di tiga desa itu sedang memasuki musim berbuah, sehingga menjadi pemandangan yang menarik. Pohon-pohon itu seakan dihiasai dengan buah-buahan yang terlihat menyegarkan. Dari bentuknya yang tampak gempal dan mengkilat, membuat siapa saja yang melihat akan merasa tertarik untuk menikmatinya.
Hampir semua lahan milik warga ditanami jambu. Bahkan sebagian besar warga memiliki perkebunan khusus tanaman tersebut. Seperti Karmono, warga Betokan yang memiliki perkebunan jambu delima dan citra seluas empat hektare.
Di lahan miliknya itu, para pembeli bisa memetik langsung dari pohonnya. Dengan cara demikian, pembeli akan merasa sedang berwisata di kebun jambu.
Karmono mengaku, memiliki keinginan agar daerahnya dijadikan daerah agrowisata. Hal itu bukan tanpa alasan, karena sebagian besar daerahnya ditanami pohon tersebut. Masyarakat yang datang ke desa itu pun akan langsung merasakan memasuki daerah perkebunan. ''Apalagi kalau masuk ke areal perkebunan, pasti akan merasa berada di alam bebas yang penuh dengan kekayaan alam,'' ujarnya.
Menurutnya, buah jambu asal Demak memiliki perbedaan dengan jambu dari daerah lain. Kelebihan itu antara lain ukurannya besar dengan daging yang tebal dan rasanya manis. Sedangkan jambu dari daerah lain, biasanya kecil dan terasa kecut. ''Aneh, meski ada yang menanam cangkokan jambu dari Demak, tetap hasilnya tidak akan sama jika ditanam di daerah lain.''
Luar Jawa
Lima tahun yang lalu, lanjut dia, desa tersebut merupakan desa produksi buah belimbing. Namun karena perawatan dan nilai ekonomisnya lebih baik jambu, berangsur-angsur mereka beralih. Sekarang, meski masih ada kebun belimbing, jumlahnya relatif sedikit.
Karmono menambahkan, jambu milik warga setempat sudah menembus kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan luar Jawa. Sebagian ada yang menjual dalam jumlah besar dengan kemasan apa adanya, namun sebagian lainnya melempar ke pasaran sudah dalam kemasan.
Seorang pedagang jambu yang warga Betokan, Suharti, mengaku dalam setiap harinya dapat mengirim satu hingga dua ton jambu ke Surabaya. Ia membeli jambu itu dari pertani lokal dengan harga bervariasi. Untuk jambu delima per buahnya berkisar Rp 250 hingga Rp 300, sedangkan untuk citra bisa mencapai Rp 600 per buah.
Potensi besar itu bukan tidak diketahui pemerintah setempat. Kasubdin Pertanian dan Ketahanan Pangan, Ir Heru Budiyono MP mengatakan, pengembangan jambu sudah menyebar ke sejumlah daerah di Demak. Di antaranya di wilayah Kecamatan Wonosalam, Mijen, Bonang, Wedung, Karanganyar, Sayung.
Khusus di Demak Kota, memang masih mendominasi. Karena itu ada wacana menjadikan Desa Betokan, Cabean dan Tempuran menjadi daerah agrowisata jambu.
Dalam catatannya, tanaman jambu di Demak mencapai 95.627 pohon. Dari jumlah itu, yang sudah berbuah 38.570 pohon dan setiap tahunnya menghasilkan sekitar 20.490 kuintal. ''Jumlahnya masih berpotensi bertambah, karena banyak perkebunan jambu baru yang sudah berbuah,'' terangnya.
Untuk setiap pohon, kata dia, produktivitasnya rata-rata 54 kilogram. Dengan jumlah itu, bisa dibayangkan setiap pohon jambu akan dipenuhi buah yang sangat banyak. ''Kalau dinikmati betul, perkebunan jambu memang terlihat indah. Apalagi bunganya mengeluarkan bahu yang harum.'' (Hasan Hamid-16)